Jumat, 10 Januari 2014

Kaedah ke-1: Metode Mengkaji Tafsir




Al-Qawa’idul Hisan li Tafsir Al-Qur’an
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
(Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas).

Sesungguhnya segala puji adalah milik Allah, kami memuji dan memohon pertolongan kepada-Nya, meminta petunjuk-Nya dan mengharapkan ampunan-Nya serta bertaubat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami. Barangsiapa diberikan hidayah oleh Allah, maka tidak ada orang yang bisa menyesatkannya. Dan siapa yang telah disesatkan oleh Allah, maka tidak ada seorang yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah kecuali Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Semoga shalawat Allah tercurahkan kepada Rasulullah, kepada keluarga dan semua sahabatnya.
Amma ba’du:
Berikut ini adalah usul dan kaedah dalam menafsirkan Al-Qur’an, yang sangat tinggi kedudukannya dan sangat besar manfaatnya. Ia dapat membantu para pembaca dan pengkajinya dalam memahami Kalamullah dan dalam menjadikannya sebagai petunjuk. Apa yang diberitahukan mengenai Al-Qur’an lebih mulia dari sifatnya. Ia membuka jalan bagi seorang hamba untuk mengetahui metodologi tafsir dan bagaimana cara memahami Kalamullah, yang dapat mencukupi dari semua kitab-kitab Tafsir yang tidak memiliki pembahasan bermanfaat seperti ini.

Saya berharap kepada Allah semoga menyempurnakan maksud kami ini sesuai dengan kehendak-Nya, membukakan kepada kami gudang kemurahan dan kemuliaan-Nya, yang bisa mengantarkan kita kepada ilmu yang bermanfaat dan petunjuk yang sempurna.
Ketahuilah bahwasanya ilmu tafsir adalah ilmu yang paling mulia secara mutlak. Ia adalah ilmu yang paling utama, paling wajib (dipelajari) dan paling dicintai oleh Allah, karena Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mentadabburi Kitab-Nya, memikirkan maknanya dan menjadikan ayat-ayatnya sebagai petunjuk. Allah memuji orang yang berbuat demikian, menempatkan mereka pada posisi yang paling tinggi dan menjanjikan mereka hadiah yang sangat berharga. Seandainya seorang hamba menghabiskan seluruh usianya untuk mengkaji ilmu ini, maka itu tidak seberapa dibandingkan dengan hasilnya yang menjadi harapannya yang utama dan tujuannya yang agung. Ia menjadi sumber dari segala asas dan menjadi barometer kebahagiaan di dunia dan Akhirat serta menjadi kebaikan hidup pada keduanya. Dengannya seorang hamba dapat merealisasikan kebahagian hidup yang dipenuhi dengan petunjuk, kebaikan dan rahmat. Allah menyiapkan baginya kehidupan yang baik dan balasan-balasan yang berkekalan.
Sekarang kami akan menyebutkan sejumlah kaedah dan definisi secara umum yang dapat merealisasikan tujuan tersebut. Apabila seorang hamba telah dibukakan pintu, diberikan kemampuan untuk memahami kaedah itu dan berlatih dengan beberapa contoh yang dapat menjelaskan metode dan jalannya, maka dia tidak perlu lagi kepada tambahan penjelasan dan banyak penguraian. Kita memohon kepada Allah agar membantu kita dengan pertolongan, kelembutan dan taufiq-Nya. Semoga Dia menjadikan kita seorang yang menerima dan memberi petunjuk dengan karunia, kemuliaan dan kebaikan-Nya.

------------------------------------------------

Setiap orang yang melalui satu jalan dan melakukan suatu amalan, dengan mendatanginya lewat pintunya dan jalan yang menuju kepadanya, maka ia mesti berhasil dan sampai kepada tujuannya, sebagaimana firman Allah:
 “Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya.” (Al-Baqarah: 189)
Semakin besar tujuan yang akan dicapai, maka masalah ini semakin perlu untuk dilakukan. Kajian yang menyeluruh akan membantu untuk menemukan metode yang paling baik dan paling sempurna yang bisa mengantarkan kepada tujuan. Tidak diragukan bahwa apa yang kita pelajari sekarang ini (ilmu tafsir), merupakan perkara yang paling mulia bahkan merupakan yang paling asas dan prinsip.
Ketahuilah bahwasanya Al-Qur’an yang agung ini, diturunkan oleh Allah sebagai hidayah dan petunjuk bagi makhluk. Dalam setiap masa dan tempat, ia akan membimbing kepada jalan yang lurus dan sempurna, Allah berfirman:
 “Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus.” (QS. Al-Isra’: 9)

Hendaknya manusia dalam memahami makna Kalamullah, melakukan seperti yang dilakukan oleh para sahabat. Apabila membaca sepuluh ayat atau kurang lebih dari itu, mereka tidak menambahnya sehingga mengetahui dan memastikan kandungannya berupa iman, ilmu dan amal telah difahami. Mereka mempraktikkannya di alam nyata dan beriman dengan akidah dan informasi yang dikandungnya. Mereka mematuhi perintah dan larangannya, mempraktikkannya pada semua pristiwa dan kejadian yang ada pada dirinya dan selainnya. Mereka mengintrospeksi diri apakah sudah menjalaninya atau tidak memenuhi hak dan tuntutannya? Bagaimanakah cara untuk dapat konsisten dengan hal-hal yang bermanfaat dan memenuhi kekurangan yang ada padanya? Bagaimana juga caranya agar terbebas dari hal-hal yang memudaratkan? Mereka berpedoman kepada ilmu-ilmunya (Al-Qur’an) dan berakhlak dengan akhlak dan etikanya. Mereka menyadari bahwa Al-Qur’an adalah khitab (pembicaraan) dari Yang Maha Mengetahui apa yang ghaib dan yang nampak, yang ditujukan kepada dirinya. Mereka dituntut untuk memahami maknanya dan beramal dengan kandungannya.
Barangsiapa menempuh jalan ini, berusaha bersungguh-sungguh dalam mentadabburi Kalamullah, maka akan dibukakan pintu yang luas dalam ilmu tafsir. Pengetahuannya akan kuat dan kecerdasannya akan besinar. Metode ini akan menjadikan dirinya tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang melelahkan dirinya dan melakukan kajian-kajian luar (sekunder). Apalagi dia menguasai ilmu bahasa Arab dengan kuat, memiliki perhatian yang serius dengan sirah Rasulullah, keadaan beliau bersama sahabat dan musuhnya. Semua itu menjadi penolong yang besar untuk merealisasikan tujuan ini.

Kapan saja seorang hamba menyadari bahwasanya Al-Qur’an telah menjelaskan segala sesuatu, mencukupkan dirinya dari semua kemasalahatan dan menjelaskannya serta memacu dirinya untuk meraihnya, memperingatkan dirinya dari hal-hal yang memudaratkan, menjadikan kaedah ini di depan matanya dan mempraktikkannya pada semua kejadian dan peristiwa, baik yang terdahulu maupun kemudian, maka akan nampak baginya keagungan posisinya dan banyaknya faedah dan buahnya. 

-----------------------------------
Di terjemahkan oleh  Dr. Nurul Mukhlisin Asyrafuddin, Lc., M.Ag Dari Kitab
Qala’idul Jiman fi Qawa’id wa Ushul Tafsir al-Qur’an lil A’immati Ibnu Taimiyyah wal Qasimi Was Sa’di Penyusun Abu Abdullah Muhammad Riyadh Al-Ahmad
Al-Maktabah al-Ashriyyah- Beyrut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar